Tahun 2016: Ibu-ibu Belum Heboh Hadapi MEA

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengungkapkan Presiden Joko Widodo menyebut 2016 merupakan tahun percepatan kerja dan seluruh kementerian/lembaga tidak diberikan waktu untuk bersantai, kemarin 4 Januari 2016.

Waduh.. bagaimana dengan anda, para perempuan sebagai ibu bekerja, ibu bekerja paruh waktu, atau ibu –ibu rumah tangga? Apakah tahun percepatan kerja pemerintah juga berdampak pada kehidupan ibu-ibu?

 

Jawabannya pending. Ya.. SPI bertanya opini para perempuan dari berbagai kalangan terutama ketiga kategori (ibu bekerja, ibu bekerja paruh waktu, atau ibu –ibu rumah tangga) sebanyak 50 responden. Responnya memang tidak secepat harapan. Maklumlah, kesibukan ibu-ibu lebih ekstra daripada perempuan di kategori lain. So far so good. Berhubung ada larangan tak terundang-undangkan bahwa tulisan dalam website ini dilarang mengatasnamakan perempuan Indonesia, maka Suara Kamu takkan terpublish tanpa adanya short interview.

Kebanyakan optimis menghadapi era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Kepercayaan diri yang patut diacungi jempol. Sama sekali tak ada nada kepanikan, atau paling tidak kepanikan yang belum terkatakan atau belum tersadari. Bahwa perempuan dan laki-laki di era ini harus siap bersaing dengan tenaga asing. Artinya, kemampuan dan kemauan harus diasah lebih daripada sebelumnya. Bila tidak, akan semakin banyak pengangguran sebab lowongan kerja yang sudah sedikit, justru diisi oleh tenaga asing. Keyakinan bahwa rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa itu sudah diatur perlu dibarengi dengan kerja keras. Percuma saja doa tanpa ikhtiar. Ibarat memanggang tanpa api.

Sumber: Merdeka

MEA sebagai momentum yang ada dalam headline koran-koran nasional di awal tahun 2016 belum menjadi momen tepat rupanya bagi perempuan untuk bergerak. Sebagaimana umumnya manusia, perempuan bergerak maju disaat sesuatu yang buruk sudah benar-benar terjadi. Disaat hantaman ekonomi itu nyata. Perkataan tokoh masyarakat di desa Kalimantan dalam menghadapi berbagai kekhawatiran hidup yang masih terngiang adalah, “Kami juga punya pikiran.” Ya.. manusia Indonesia, perempuan laki-laki, kaya miskin, orang kota orang desa masih punya akal pikiran untuk keluar dari permasalahan hidupnya. Sebagaimana yang terjadi di sana, demikian juga yang terjadi di sini. Meski media nasional ataupun SPI sekedar mengingatkan, tak serta merta terjadi kehebohan pada masyarakat akar rumput. Aktivitas tetap berjalan biasa. At least for now.

Berikut diantaranya:

 

Beby, Australia

61-499-949-XXX

Menurut saya, pertama yang penting adalah kompetensi, jadi kita harus siap dalam menghadapi calon pelanggan dengan bahasa yang berbeda, terutama Bahasa Inggris. Kedua, competitiveness karena SDM adalah kunci dari kemajuan bangsa dan menciptakan produk-produk baru untuk menarik konsumen”

 

Riska, New Zealand

64-210-258-XXXX

“MEA sangat baik untuk memacu perekonomian dalam negeri terutama para entrepreneur yang punya produk-produk terbaik dan ide-ide cemerlang guna ekspansi usahanya jadi tidak hanya di dalam negeri tetapi juga kesempatan di negara ASEAN. MEA juga memacu agar kualitas pasar tenaga kerja Indonesia untuk bisa berkompetisi dengan negara lainnya. Strategi menghadapinya yaitu kerja cerdas, tingkatkan standar kualitas, biasakan kerja dengan menggunakan prosedur dan target, teknologi tepat guna serta fokus pada trend market”

 

Windy, Jakarta

62-816-727-XXX

Bersaing dengan tenaga asing itu tidak mudah. Menurutku, setiap orang harus bisa mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya, peran keluarga sangat besar dalam pembentukkan karakter. Seperti yang kita ketahui, Multiple Intelligences itu ada 8, menurut Howard Gardner, tidak semua orang terlahir dengan logic smart yang tinggi, atau dengan language smart yang tinggi. Sedari kecil, orang tuaku tidak pernah memfokuskan pada nilai-nilai akademis yang tinggi, mereka lebih banyak mengasah “kepintaran ” lainnya. Contohnya, aku sangat kreatif dan people smart ku sangat tinggi. Yang mereka lakukan itu, adalah fokus agar aku bisa berkembang dengan maksimal, termasuk membiarkan aku mengerjakan sesuatu dengan cara yang berbeda. Mungkin aku beruntung karena besar di luar negeri, dimana aku tidak dinilai dari segi akademis saja, karena kalau seperti itu, nilai-nilai akademisku saat sekolah pas-pasan. Saat terjun ke dunia kerja, aku beruntung memiliki atasan yang sangat open-minded terhadap ide-ideku. 4 tahun yang lalu, aku terpilih oleh International Baccalaureate Organization sebagai teacher trainer untuk wilayah Asia Pasifik, dibawah bendera IBO tersebut. Di Asia Pasifik, ada lebih dari 2000 trainers, dan ada sekitar 20 orang yang berwarga negara Indonesia. Menjadi seorang trainer dari ‘third world country’ tidak mudah. Kadang banyak peserta yang meremehkan aku karena aku tidak berkulit putih. Kuncinya adalah tidak mudah menyerah dan tetap berusaha maju. Alhamdullilah jerih payahku membuahkan hasil. Selama 4 tahun ini, aku mendapat review yang baik dari para peserta di negara-negara di wilayah Asia Pasifik. Bulan lalu, aku baru menyelesaikan training untuk menjadi curriculum reviewer untuk IB Global, yang meliputi wilayah; Asia Pasifik, Eropa, Afrika dan Amerika. Dari 40 peserta training tersebut, hanya 2 orang yang WNI. Jadi, jika ada kemauan keras untuk maju, tidak mudah menyerah, aku yakin para wanita Indonesia dapat bersaing secara global”

 

Diena, Surabaya

62-813-9411-XXXX

“Gak usah takut dengan adanya MEA, rejeki Tuhan yang atur, yang penting kerja yang smart, one step ahead dari yang lain. Jalani saja”

 

Rima, Tangerang Selatan

62-838-7665-XXXX

“Cintailah produk-produk Indonesia”

 

 

[TheChamp-FB-Comments style="background-color:#fff;"]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *