Hari Guru: Ibuku Guruku

Hiburan para guru untuk menghadapi tekanan hidup: hanya profesi guru yang punya lagu khusus, Guruku Tersayang (https://www.youtube.com/watch?v=oO7zLeyyZlk). Lagu yang setiap didengarkan rasanya begitu besar jasa guru. Tanpa guru yang ajari baca tulis, ajari banyak hal, apalah artinya seseorang. Profesi lain pun takkan mungkin ada tanpa jasa guru. Ironis, kebaikan dan kesabaran guru belum mendapat tempat yang baik. Bukan hanya kesejahteraan guru yang patut mendapat perhatian (kecuali di sekolah negeri berstatus guru tetap dan sekolah swasta bergaji tinggi), tapi juga kecukupan jumlah personil guru yang mengkhawatirkan. Lalu mengapa di pelosok-pelosok negeri Apalagi di tempat terpencil, tertinggal dan terdepan masih kekurangan guru, Apakah profesi ini masih belum juga menjadi favorit?

 

Sarana prasarana, medan yang sulit menuju sekolah, honor minim, dan beban tanggung jawab sebagai guru menjadi beberapa alasan distribusi guru masih belum merata di wilayah terpencil, tertinggal dan terdepan?

Satu hal lagi yang perlu digarisbawahi: kemampuan seseorang beradaptasi di wilayah terpencil, tertinggal dan terdepan. Bukan hal mudah bagi generasi muda kota tiba-tiba ditugaskan di sebuah tempat yang sama sekali baru. Maka menjadi wajar bila seseorang seperti Saur Marlina Situmorang memperoleh banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri. Bukan saja daya tahannya, tapi juga kemampuannya beradaptasi, diterima dan menjadi satu dengan masyarakat tempat ia tinggal, menjadi skill yang diperlukan jika seseorang mau berdedikasi dalam profesi ini. Apa yang dilakukannya sederhana: ajari baca tulis Suku Anak Dalam, Orang Rimba.

Pertanyaan selanjutnya, siapakah yang mau menjadi penerus bertahan di tempat terpencil, tertinggal dan terdepan sementara profesi lainnya begitu menggiurkan? Ingat, mengajar bukan hanya 1-2 tahun seperti halnya program Indonesia Mengajar-nya Anies Baswedan, Mendikbud yang pada kenyataannya hanya sebagai penambah referensi buat melompat ke karier profesional yang prestisius dan menjanjikan.

Guru memiliki beban tanggung jawab bukan hanya dalam hal pengajaran tapi lebih luas lagi pemberian teladan dalam perilaku-perilaku positif dalam kehidupan bermasyarakat. Jika bersikap idealis, guru menjadi patokan bagaimana seharusnya seseorang berperilaku dalam sikapi hidup berbagai aspeknya.

Soal ajari materi, siapapun bisa pelajari, dengan berjalannya waktu serta latihan, pengajaran akan mudah dikuasai. Namun peran guru tak semudah itu. Jika Indonesia ingin maju dan memajukan diri, maka kualitas guru harus ditingkatkan. Masalahnya bukan hanya di soal sertifikasi, sebab lagi-lagi bukan soal kuantitas dalam penilaiannya. Kualitas ini meliputi hal-hal kecil. Ibu sebagai guru pertama anak yang –lagi-lagi idealnya- harus bisa mencontohkan yang baik. Sebagai perempuan, kasih sayang saja belum cukup. Perempuan harus juga dibekali pendidikan dan perilaku yang baik untuk melahirkan generasi muda yang lebih terdidik dan baik dari segi perilaku.

Dari hasil pengamatan dan wawancara singkat pada ibu-ibu muda (usia 20an hingga 30an), pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas para ibu diatas persoalan hidup lainnya. Dalam hal pendidikan, pola asuh menjadi faktor utama terpenting selain pilihan sekolah sebagai tempat belajar anak. Pola asuh tanpa kekerasan, tanpa terlalu banyak TV, laptop, games, menjadi obrolan sehari-hari yang kerap mewarnai gosip santai. Buku saat ini agak tergeser perannya karena keberadaan berbagai sarana lain yang dianggap jauh lebih menarik, keberadaan youtube atau CD-CD menjadi alternatif.

Sedangkan dalam bidang kesehatan, ibu-ibu muda saling berbagi tips,pilihan makanan dan obat, tata cara perawatan kesehatan menjadi hal lainnya yang dianggap penting untuk dibicarakan.

So, jika distribusi guru menjadi masalah di wilayah terpencil, tertinggal dan terdepan. Takkan jadi masalah bila di setiap rumah, setiap keluarga dimanapun wilayah Indonesia, ada perempuan yang bukan saja berperan sebagai ibu, tapi juga guru bagi anak. Guru pertama dan selamanya bagi anak-anak Indonesia. Selamat Hari Guru berarti juga Selamat Hari Ibu! (ratih karnelia)

[TheChamp-FB-Comments style="background-color:#fff;"]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *