Danau

Danau buatan di dalam perumahanku, airnya penuh. Tinggi! Lampaui deretan tanggul bambu di tepian dan hampiiir menyentuh jalanan aspal. Danau buatan yang diperkirakan semakin dalam itu sudah pernah menelan korban jiwa hingga diliput media. Danau itu dulu terlihat menakutkan, air danau juga seringkali berwarna kehitaman. Kini, danau berwarna hijau lumut. Lebih indah, walau rasa ngeri masih ada. Apalagi saat airnya penuh seperti hari-hari ini. Danau itu tetap menyimpan kengerian karena airnya hijau lumut meski tak begitu pekat, tetap saja kita tak dapat melihat dasar danau. Kalau airnya bening kan kita bisa tahu ada apa saja didalamnya. Ganggang kah…, ikan kah…, bebatuan kah… berhubung warna danaunya hijau lumut, kita jadi mereka-reka ada apakah di dalam situ. Bisa-bisa ada swamp thing atau Nessie si monster danau yang biasa muncul di Danau Loch Ness, Skotlandia yang tetiba muncul. Rasa ngeri itu tetap ada, sekalipun kita ke situ pagi atau siang hari. Jadi bukan semata-mata rasa ngeri karena kedalamannya saja yang dapat merenggut nyawa yang sudah terjadi.

Dulu sewaktu warnanya kehitaman, ada bebek-bebek berenang di situ, sesekali juga terlihat ikan-ikan kecil atau agak besar muncul ke permukaan, orang jadi optimis ada ikan yang dapat dimakan didalamnya. Beberapa orang optimis itu kadang terlihat memancing di pinggir danau saat berwarna kehitaman dan tanggul bambu-bambu masih terlihat. Kini saat danau berwarna hijau lumut, tak ada lagi bebek-bebek berenang di danau. Ikan-ikan juga tak terlihat, maka para pemancing pun tak ada. Hanya mereka yang senang menikmati indah warna danaunya duduk-duduk di tangga atau agak jauh dari situ, sejak tanggul bambu itu tak terlihat lagi.

Kawah Putih Ciwidey

Sumber: alvindayu

Pemandangan hampir serupa pernah kulihat di Kawah Putih, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Letaknya jauh di atas gunung. Sekitar tahun 2000, saya bersama teman-teman SMANSA (kemudian SMA diubah jadi SMU), tak jauh dari rumah. “Tak jauh” bagi kami itu berarti kumpul di sekolah, naik beberapa kali kendaraan umum hingga tiba di Kawah Putih, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Sungguh berkesan sekali saat naik mobil bak sebagai kendaraan terakhir di gerbang Kawasan Wisata. Kami bersepuluh berdesakan dan kehujanan. Jalanan menuju puncak Kawah Putih Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, pun berkelok-kelok. Kami bersepuluh tertawa-tawa sesekali jerit-jerit karena mobil bak nekat ngebut sementara jalanan licin dan kami berada di pinggir jurang. Hingga akhirnya tiba, kami hening. Langsung cep diam tak bersuara. Tersihir oleh putih biru langit dan putih biru danau Kawah Putih Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Sekitar 15 menit dalam hening, dilingkupi keindahan, hanya sesekali terdengar kerikil beradu tertindas sepatu-sepatu kami bersepuluh. Entah siapa yang memulai, kami berkumpul mendekat dalam satu titik, lalu seseorang mulai berinisiatif mengambil foto Kawah Putih Ciwidey, Bandung. Langsung deh kami, para banci kamera pun ingin difoto satu per satu. Biar adil, akhirnya kami foto bareng. Hasil foto tak bisa langsung dicek seperti jaman kamera digital atau handphone, pokoknya serasa udah pose to the max. Entah seperti apa hasil akhirnya. Beberapa minggu kemudian, foto-foto itu dicetak oleh si empunya kamera. Kami jadi tahu muka-muka lelah nan bahagia itu ternyata diambil dari jarak agak jauh, jadi kurang jelas. Cuma pemandangan indah sekitar Kawah Putih, Ciwidey, Bandung itu jadi terlihat jelas. Duh… seandainya masih ada yang menyimpan foto itu, mungkin bisa agak dizoom in..dengan teknologi kekinian.

Bicara soal kekinian, ada sebuah film berlatar belakang Danau Toba, Sumatera Utara. Judulnya “Ngeri-ngeri Sedap”. Aku jadi mengingat kesamaan antara Kawah Putih dan Danau Toba. Padahal Kawah Putih Ciwidey terletak di Provinsi Jawa Barat, sedangkan Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara. Kini aku bersyukur, tak perlu jauh-jauh ke Kawah Putih di Jawa Barat atau Danau Toba di Sumatera Utara apalagi ke Danau Loch Ness di Skotlandia. Di dalam perumahan tempat aku tinggal pun, ada danau indah yang bisa langsung dinikmati, 10 menit saja dari rumah. Sungguh-sungguh dekat, benar-benar “tak jauh”. Danau Bukit Dago memang tak dikelilingi tebing-tebing tinggi, setidaknya danau mengingatkanku pada banyak hal:

  1. rumah orang tuaku di Bandung dulu dikelilingi nama jalan berawalan “Situ” yang artinya “Danau”;
  2. pertemanan masa SMA;
  3. film “Ngeri-ngeri Sedap” tahun 2022 di Netflix, tentang keluarga yang menceritakan galaunya seorang Ayah karena profesi dan pilihan anak-anaknya tak sesuai impiannya dan upaya seorang Ibu supaya keluarga tetap bersatu walau profesi dan pilihan mereka berbeda-beda.

Bagaimana dengan kamu? Hal apa yang membuatmu bersyukur saat ini dan kenangan yang ingin disimpan dengan baik walau hanya berakhir di buku harian atau status medsosmu? Semoga semakin banyak hal-hal baik yang membuat kita bahagia sehingga hidup kita semakin produktif dan mapan. Aamiin….

(Ratih Karnelia Kusumawardhani)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *