Pada hari buruh yang diperingati setiap 1 Mei, ada tiga tuntutan yang selalu diajukan para buruh karena belum terpenuhi. Tuntutan itu adalah hapus outsourcing dan sistem magang, jaminan sosial pekerja, dan tolak upah murah.
Mama day! May Day! Jika hari buruh menjadi penting bagi para buruh, maka apa pentingnya May Day bagi para ibu rumah tangga? Dapatkah ibu rumah tangga pun menjadi bagian dari May Day ini ataukah ibu rumah tangga tidak dapat disebut sebagai buruh? Mengingat ‘kantornya’ tidaklah semegah gedung-gedung tinggi di ibukota, tidak sepekat pabrik-pabrik, tidak juga sesempit kubik-kubik…
Sebagai ibu rumah tangga baru yang beberapa tahun belakangan tidak lagi menjadi buruh (nguli alias kerja sama orang) dengan harapan ketidakenakan yang biasanya dialami dapat diminimalkan atau hilang sama sekali. Ternyata, pengalaman pribadi hampir empat tahun belakangan ini bekerja sebagai social interest lawyer khusus pengurusan dokumen pun banyak mengalami ketidakenakan ( meskipun lebih banyak enaknya ). Kerja di perusahaan orang lain atau kerja sendiri ternyata masing-masing ada lika likunya, suka dukanya.
Sumber Gambar bantenonline
Secara Teoritis
Disruption*-nya Rhenald Kasali pas banget untuk menjawab kegalauan para buruh seandainya mereka baca. Atau justru malah makin galau? Buku ini berisi fakta-fakta yang terjadi akibat serangan teknologi digital di Indonesia, perubahan yang dibawanya menjadikan sistem ekonomi, sosial, politik dan budaya pun berubah. Dibutuhkan kesiapan dari berbagai segi. Dari segi pemimpin, mindset, komunitas dan cara berperilaku. Kalau dulu segala sesuatu dinilai dari harta milik pribadi, di masa kini, dengan adanya sharing economy, harta yang berlebihan dapat bermanfaat lebih bagi sesama. Jika dengan adanya rasa memiliki yang besar di masa lalu cenderung menjadikan seseorang untuk senang menguasai, maka perlahan tapi pasti, tidak ada lagi penguasa ataupun orang yang dikuasai karena semua orang punya kesempatan yang sama untuk berkuasa dan mengakses berbagai fasilitas yang dulu dinilai mewah atau akses tertutup hanya diperuntukkan bagi orang kaya saja. Misalnya, dengan adanya ojeg mobil online, siapapun dapat order mobil mewah kemanapun pergi, bahkan mereka yang masih berkuliah. Contoh lain, dengan adanya airbnb, semua orang dapat menikmati penginapan bernuansa hangat layaknya rumah sendiri. Berbagai start up yang ada di dunia online saat ini, dapat dimanfaatkan dengan tarif terjangkau. Bahkan menurut seorang ekonom dalam bukunya berjudul Free, bukan tak mungkin suatu saat barang-barang akan diberikan secara gratis. Saat ini saja, mall-mall banyak menggelar diskon besar-besaran 50%-70%, mulai dari mainan, buku, sepatu, dan berbagai macam kebutuhan lain.
Prakteknya
Masa kini, dengan berbagai kemudahan yang ada, berakibat pada perubahan cara hidup, berpikir dan berinteraksi antara satu manusia dengan manusia lainnya. Cara perpindahan ke tempat lain atau transportasi, cara pemerintahan dijalankan, cara pendidikan dikelola, semua berubah dengan serba online.
Lalu bagaimana ibu rumah tangga merespons perubahan yang ada di hadapan mereka?
Sumber Gambar nakita
Secara global, saat ini Indonesia sulit mengikuti perkembangan jaman, karena teknologi tidak dikuasai Negara kita. Whatever we do, it will be always the wrong business. Pesawat? (kalau yang ini banyak penemuan komponen oleh putra kebanggaan Indonesia, Prof. Dr. Ing. B.J Habibie) Mobil? Motor? HP? Robot? Hampir semua teknologi berasal dari luar negeri. Kita hanya memanfaatkan teknologi yang ada, dengan memberi nilai tambah atau value yang kita punya. Sebagai ibu rumah tangga pun, dengan adanya teknologi ini, segala kemudahan tersaji dengan cantik. Cari resep, tinggal browsing. Cari baju, sepatu dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya pun tinggal klik. Bahkan worksheet untuk mengajari anak-anak pun tinggal browsing lalu print. Cari uang juga tinggal jepret barang-barang bekas yang masih layak dijual, upload foto, beres, tinggal tunggu pelanggan. Ibu rumah tangga yang mengikuti perkembangan jaman ini tidak akan lagi memiliki masalah-masalah seperti yang dialami kaum buruh soal outsourcing, jamsostek ataupun upah.
Berbagai kemudahan ini, selain efek positif, banyak juga efek negatifnya.
Pertama, jadi jarang ke luar rumah karena terlalu asyik berkutat dengan gadget. Otomatis interaksi sosial dengan manusia lain di luar rumah pun berkurang.
Kedua, cenderung profit oriented, sebab cara berpikirnya sama dengan para pekerja di luar rumah.
Ketiga, kalau aktivitas beli online lebih sering daripada jualan online, so pasti lebih besar pasak daripada tiang
Mama Day May Day
Lalu bagaimana menjawab tantangan antara teori dengan realita? Perubahan itu adalah suatu keniscayaan. Menurut Rhenald Kasali, waktu kehidupan tidak lagi berjalan linear, melainkan eksponenSIAL. Seolah tak menerima kelambanan. Ibu rumah tangga masa kini dituntut untuk bisa menyeimbangkan antara kecepatan dunia luar dengan kelambanan (baca, kesabaran) saat mengurus anak. Misalnya saja, saat berinterkasi dengan klien secara online (menjawab berbagai pertanyaan soal produk dan layanan dengan cepat), pada saat bersamaan menyusui (lamban atau justru diam di tempat sama sekali). Kondisi ini akan mengakibatkan stress tingkat tinggi. Bahkan depresi. Apalagi dunia sosial seolah terisolasi. Solusinya, pada pagi atau sore hari berkegiatan di luar rumah, tetaplah curhat pada orang-orang terdekat, weekend istirahat dari berbagai kegiatan baik online maupun urusan rumah tangga. Kuncinya adalah pembagian waktu antara belajar hal baru, bergaul, kerja online, urus rumah tangga, istirahat, serta pembagian kerja bersama suami. Tanpa kedua hal ini, semua urusan jadi berantakan. Mama.., be happy.. you’re not a public worker anymore..! (ratih karnelia)
*Kasali, Rhenald (2017). Disruption. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama