Stop Teror Islam vs Barat

Tulisan ini merasa perlu diawali “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Ucapan basmalah ini bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah.

 

Sejumlah peristiwa terkait dengan teror, baik dilakukan di dalam negeri maupun luar negeri, berkaitan dengan keyakinan sekelompok orang akan gambaran surga menurut versi mereka. Lalu mereka mengupayakan surga versi mereka itu dalam kehidupan dunia saat ini. Sehingga saat gambaran surga itu tak ada dalam dunia nyata, mereka berusaha mewujudkannya dengan berbagai cara. Bahkan dengan cara kekerasan. Sialnya, mereka kebanyakan mengatasnamakan agama tertentu, terutama Islam. Sebagai peyakin ajaran Islam, saya merasa prihatin. Sebab keyakinan dengan ajaran mulia malah jadi alat untuk menyudutkan pihak-pihak tertentu yang berbeda dengannya. Upaya yang malah bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri: ajaran mulia pembawa nafas perdamaian dan cinta kasih Allah.

Dihimpun dari berbagai sumber, sebanyak 153 orang tewas dalam serangan brutal di Paris pada Jumat (13/11) tengah malam. Korban tewas rata-rata warga berusia muda yang sedang menikmati Jumat malam menjelang akhir pekan.

Flashback melihat tayangan televisi swasta Maret 2011 yang menyiarkan tayangan propaganda tandzim Al-Qaeda Indonesia, kita dapat merasakan ruh darah juang adalah semangat kecintaan yang dikobarkan para mujahid melebihi keluarganya. Sementara, pemahamanku belum setingkat para istri mujahid yang bersabar ditinggal kekasih dan bapak anak-anak mereka demi sebuah ideologi. Demi sebuah keyakinan akan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih universal, bukan sekedar kepentingan keluarga. Film pemenang Oscar, Hurt Locker ingin menyampaikan sesuatu. Bukan hanya propaganda Amerika sebagai negara nomer satu yang punya tentara-tentara pemberani. Ia ingin memperlihatkan sisi-sisi kemanusiaan, bahwa kekuatan pria ternyata ada juga dalam tangis. Ingin ditonjolkan sebuah keputusan seringkali meminta pengorbanan. You get some, you’ll lose some. Lalu perbedaannya dengan para mujahid?

Sisi Lain Teroris

Tentang profil seorang teroris dari sisi lain, tak bermaksud menyamakan diri dengan mereka yang mengatakan bahwa motif utama mereka adalah faktor ekonomi. Justru keadaan mereka sudah tak lagi mengurusi perut kebawah. Lepas dari penilaian tindakan mereka benar atau salah, tujuan mereka jelas bukan hal-hal keduniaan. Mereka hanya jatuh cinta pada sesuatu yang tiada namun ada. Terasa dalam dada berbentuk keyakinan. Rasa rindu yang tak terperi pada dzat yang begitu dicintainya. Sehingga maut bukan lagi dihadapi dengan takut, tapi dengan senyum.

Perjumpaan yang begitu dinanti ini, tak mampu dimengerti oleh orang-orang yang masih terikat dunia. Mereka kira apa yang dilakukan oleh mujahid atau teroris itu karena motif ekonomi. “Ahad, ahad…”, teriak Bilal diakhir hayatnya menyebut-nyebut Tuhannya Yang Satu meski tubuh ditindihi batu besar. Seolah apa yang dilakukan Bilal, sahabat nabi ingin diulang lagi. Sekalipun dunia teriaki “Teroris! Penjahat! Pembunuh!” namun ini semua demi dzat yang dicintainya, hanya satu. Bahkan dirinya bukan lagi sebuah kenyataan. Semua melebur jadi jihad. Seandainya jihad diartikan dalam banyak makna, maka makna terindah adalah tindakan yang dilakukan bukan semata demi pimpinan. Tapi demi Tuhan Yang Satu. Ini yang tak dimengerti oleh orang-orang yang tak tahu apa itu arti percaya. Apa itu arti yakin. Seolah logika dan materi bukan lagi alasan. Ini hanya sebuah rasa percaya.

Bisa dipahami kemuakan mereka, teroris terhadap perlakuan ketidakadilan barat dan sekutunya yang sok sebagai penguasa dunia.

Motif apalagi yang lebih kuat selain ideologi? Seolah para teroris ini berada dalam kondisi demikian. Biarlah aku hidup di dunia kematian, supaya dunia materi ini lebih baik. Supaya janji bukan sekedar kata-kata, tapi tindakan nyata. Takut bukan kata untuk lawan kebengisan dan ketidakadilan manusia-manusia serakah.

Meski hukum tak membolehkan pengambilan jiwa secara paksa, hukum apalagi yang bicara selain norma keadilan?

Seorang (yang disebut-sebut) sebagai teroris, barangkali juga ingin: dunia masa kanak yang dibangkitkan lagi. Saat sebuah perlakuan bukan karena hidden agenda. Dunia yang hanya berisi tawa dan main. Sayangnya, nyawa manusia bukan untuk ditertawakan atau dipermainkan. Keputusan para teroris untuk habisi orang-orang yang tidak satu keyakinan dengan mereka terkesan gegabah. Upaya mereduksi kemunafikan dengan cara yang ekstrim seperti ini justru menjebloskan niat baik mereka menjadi nista.

Jihad Sesungguhnya

Persoalan teroris menjadi salah karena pemahaman keliru tentang makna jihad. Kalau membaca dan merasakan pemikiran para “suicide bomber”, kita dapat merasakan bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali memandangnya dari sudut pandang “Jihad”. Chomsky, profesor dari barat, berkata: “Jika ingin orang Muslim berhenti membunuh Anda, maka berhentilah membunuh mereka!”

Jihad dalam arti ‘perang suci’ oleh sebagian pakar dipandang sebagai suatu pemaknaan yang terpengaruh oleh konsep lain (perang). Jihad jelas berbeda dengan perang. sebab, kalau kita mencermati konsep-konsep Al Qur’an bahwa alqital dan alharb memiliki makna yang berbeda. Alqital dan alharb bermakna perang. Dan Al Qur’an dalam hal perintah alqital sangat berhati-hati. Kalaupun ada ayat yang memerintahkan untuk berperang, itu pasti dalam rangka mempertahankan diri dari gangguan penganiayaan pihak luar.

Islam melarang untuk sengaja membunuh, berlaku jahat dan tidak adil terhadap orang-orang non muslim tak bersalah. Jadi tidak ada alasan perilaku teror layaknya peristiwa Prancis atau dimanapun. Hentikan balas membalas dendam karena hanya akan menciptakan perang tak berujung antara Islam dan barat. Hentikan arogansi semacam sikap pers barat. Remi Maalouf, penyiar berita dari stasiun televisi Russia Today, kalimatnya cukup tegas sekaligus terkesan ‘arogan’. “To forgive them is up to God, but to send them to him is up to me,”. Kalau begini sinyal yang dikirim anti teroris, mereka pun akan membalas,”To fight and to die under the name of God is our duty, whatever it takes”. (ratih karnelia)

[TheChamp-FB-Comments style="background-color:#fff;"]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *